Pertentangan pendapat antara bertahan di suatu pekerjaan dan perusahaan atau menjadi “kutu loncat” adalah topik yang tidak ada habis-habisnya dibahas.
Mari kita tengok Andi yang sudah mengabdi pada sebuah perusahaan kontraktor terkemuka dan saat sekarang menduduki jabatan direktur operasi. Usia Andi baru saja menginjak 40 Tahun. Oleh orang luar Andi dianggap sebagai salah satu dari 10 direktur terbaik di Indonesia. Dalam lima tahun terakhir pencapaian target Andi belum pernah meleset. Adakah yang salah dalam karir Andi? Tentu dari kacamata orang luar melihat Andi punya karir sempurna.
Apakah Andi merasa mapan dan nyaman?Jika jawabannya “ya” maka Andi disarankan mengevaluasi ulang langkah karirnya. Mengapa? Karena justru kemapanan dan kenyamanan inilah yang bisa kita golongkan pada situasi keberadaan dalam comfort Zone.
Kita bisa menganggap seseorang berada dalam Comfort Zone apabila orang tersebut merasa mempunyai kontrol yang kuat terhadap karirnya dan tidak ingin berubah. Pertanyaannya,kapan Comfort Zone ini dapat dinikmati untuk seseorang? Keadaan nyaman dan mapan ini,tentunya bisa saja dianggap benar-benar tepat bila seseorang sudah mendekati masa pensiunannya.
Kembali lagi ke contoh sebelumnya,bagaimana dengan Andi? Andi masih berusia 40 tahun,atasannya adalah owner perusahaan sehingga kemungkinan Andi untuk menjabat pekerjaan sebagai direktur utama hampir tidak memungkinkan. Haruskah Andi pindah pekerjaan? Apakah nantinya Andi akan dianggap tidak loyal terhadap perusahaan? Kalaupun pindah,akankah pekerjaan atau perusahaan yang akan datang memberinya rasa betah dan nyaman seperti sekarang?
Bila Andi berpikir jangka panjang,dan mempunyai keberanian untuk memasuki konflik karier yang membingungkan dan kompleks maka Andi tentunya perlu mempertimbangkan beberapa kemungkinan : bergerak,bergeser,berpindah tempat (rotasi atau mutasi),kembali ke bangku kuliah,atau tindakan apapun yang dapat digolongkan dalam tindakan “bergerak”.
Ini tentunya melelahkan dan menakutkan bagi Andi. Bagaimana kalau yang lebih ekstrim seperti menghentikan kegiatan sama sekali dan melakukan perubahan total? Hal ini tentunya membutuhkan tantangan yang lebih besar. Namun demikian,bukankah kita juga mengenal beberapa situasi dimana seseorang yang bertahan untuk menekuni karier tertentu secara bertahun-tahun dengan keyakinan bahwa jam terbangnya suatu hari akan mendatangkan hasil, dikejutkan oleh anak muda yang melakukan cara-cara yang sangat berbeda untuk mencapai tujuan yang sama tetapi dengan cara dan tempo yang sangat mengejutkan?
Seringkali kita tidak memperhatikan perubahan pada lingkungan yang begitu cepat sebab perubahan kerja yang terjadi di lingkup internal kantor membuat kita terlena,sehingga kerja keras dan rutinitas bertahun-tahun yang mungkin saja menghasilkan reward sepadan pada awalnya justru mematikan kreativitas dan menenggelamkan kita pada akhirnya.
Dalam berkarier beberapa pertanyaan yang perlu kita hidupkan setiap mengevaluasi adalah : apa yang secara masuk akal bisa saya lakukan hari ini dan di kemudian hari? Apakah investasi saya selama lima tahun ini bisa menjadi landasan untuk lima tahun yang mendatang ? Bagaimana landasan ini menjadi tidak berguna,apa yang salah?
Dalam berkarier,orang sering lupa bahwa bergerak tidak selalu keatas,dan bila gerakan macet,timbul frustasi. Bergerak akan menjadi menarik bila kita bergerak maju. Bahkan bila kita sudah membiasakan diri untuk bergerak maju,kita memperoleh energi dari penguatan gerak itu sendiri.
Mempelajari keterampilan bagian lain, yang justru berarti memperkuat bargaining power bagian anda untuk memperoleh servis yang proper dari bagian lain,atau mengulang kegiatan yang sudah lama tidak dilakukan seperti misalnya bertandem dengan anak buah melakukan hal-hal rutin anak buah sambil melakukan coaching adalah suatu gerakan juga.
Bergerak bisa juga berkonotasi sosial. Coba evaluasi ulang,apakah anda menghindari bisnis sesudah “nine to five”? sadarkan anda bahwa kesempatan justru bisa diraih dari kesempatan-kesempatan informal dan hubungan-hubungan ringan di luar jam kerja?
Kita lihat,energi datang dari satu-satunya sumber : action! Ibarat pertandingan bola yang indah,bukan datang dari strategi bertahan melulu,tapi action,menyerang,berusaha selalu mencetak gol sampai peluit tanda pertandingan usai dibunyikan dan setelahnya merayakan kemenangan. Barulah seseorang boleh merasa nyaman,barulah orang tersebut boleh menikmati Comfort Zone dalam konotasi yang lebih positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar