Sebuah Perusahaan ritel di Amerika Serikat yang bernama Sears & Roebuck&Co pada tahun 1990 hampir bangkrut namun dalam perjalan waktu mampu bangkit kembali dan mampu berkompetisi lagi. Sesuatu yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana sebuah perusahaan yang hampir bangkrut tiba-tiba mampu bangkit dan jawabannya adalah bahwa perusahaan melakukan perubahan Visi dan falsafah perusahaan. Bila sebelumnya mereka selalu fokus menonjolkan atau mengutamakan kepentingan penanam modal (investor), hal ini dirubah dengan falsafah baru mereka yang berbunyi :
“Untuk menjadikan Sears sebagai perusahaan yang menarik untuk investasi, maka sears harus menjadi tempat yang menyenangkan untuk berbelanja. Dan untuk menjadikan Sears sebagai tempat yang menyenangkan untuk berbelanja maka Sears harus menjadi tempat yang menyenangkan untuk bekerja”
Dengan pernyataan diatas dapat diambil sebuah makna yang dalam bahwa nasib perusahaan bukanlah ditentukan oleh modal financial,mesin,teknologi dan modal tetap tetapi sebenarnya memang berada ditangan “modal/kapital Intangible” yang tidak lain adalah Kompetensi SDM mereka. Kemudian muncullah sebuah istilah yang kita kenal sampai saat ini yaitu “Human Capital” atau dalam bahasa Indonesia disebut Modal Manusia atau Modal Insani, namun karena ini lebih merupakan istilah, maka terserah kepada masing-masing untuk menggunakan istilah-istilah itu.
Istilah modal atau capital adalah menekankan bahwa sumber daya manusia sebenarnya adalah sebuah asset (modal) bagi sebuah organisasi bisnis, yang justru menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi tersebut merealisasikan visi dan strateginya. Banyak perusahaan saat ini juga mencoba istilah ini untuk mengangkat atau memaksimalkan pengetahuan,keterampilan dan kemampuan para karyawannya, sehingga para pengelola perusahaan harus mampu merekrut dan mengembangkan potensi-potensinya didapat dari karyawannya yang merupakan Human Capital bagi perusahaan.
Pada prakteknya bagi perusahaan yang paling penting adalah setiap kayawannya diberi kesempatan mengeluarkan seluruh pengetahuan, keterampilan, kemampuannya dalam bentuk ide-ide yang langsung diungkapkan kepada para pengambil keputusan, dengan demikian terlihat bahwa mereka mampu mengeluarkan idenya tanpa harus terhalang oleh birokrasi organisasi dan perusahaan juga mampu memberikan kesempatan-kesempatan dengan tujuan agar pengetahuan pribadi menjadi pengetahuan publik dan pengetahuan tersembunyi menjadi eksplisit. Selanjutnya yang pasti bahwa ide-ide terbaiklah yang akan sampai kepuncak dan ide-ide itulah yang menjadi nilai tambah bagi perusahaan.
Berkaitan dengan nilai tambah yang diberikan karyawan kepada perusahaannya, mari kita petakan peran karyawan dan nilai tambah yang diberikan kepada perusahaan, sebagaimana table dibawah ini :
Sulit digantikan,nilai tambah rendah | Sulit Digantikan,nilai tambah tinggi |
Mudah digantikan,nilai tambah rendah | Mudah digantikan,nilai tambah tinggi |
Dalam kontek kuadran-kuadran diatas, maka yang berada pada kuadran kanan atas merupakan human capital perusahaan yang teridiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam menciptakan produk dan jasa yang menjadi sumber berpindahnya pelanggan ke pesaing. Semakin besar intensitas human capital sebuah bisnis, yaitu semakin besar presentase pekerja yang sulit digantikan dan menghasilkan nilai tambah yang tinggi bagi pelanggan, semakin tinggi pekerja tersebut dapat menuntut upah atas jasanya, dan semakin kuat perusahaan dalam menghadapi pesaingnya,karena akan lebih sulit bagi para pesaingnya untuk menyamai keterampilan yang dimiliki perusahaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar